
Foto: press release. ©2013 yuuhu.info
Oleh: Dion
Yuuhu.info, Rabu (22/05), acara nonton bareng film I'M STAR diselenggarakan
bersama 10.000 guru seluruh DKI Jakarta di Smesco Convention Hall dari
tingkat TK sampai dengan SMA.
Dra. Septi Novida M.Pd Ka Bid TK/SD/PLB Dinas Pendidikan DKI menyatakan bahwa Dinas Pendidikan DKI sangat mendukung film I'M STAR yang bisa membuka mata masyarakat, khususnya dunia pendidikan di Jakarta.
Komentar beragam dari para guru pun mengalir. Di tengah lautan para guru, gelombang rasa bercampur baur, dan berbagai pendapat pun dilontarkan. Sebagian di antaranya adalah film ini seharusnya ditonton para siswa dan jangan hanya para guru saja, karena film ini sangat penting untuk menyadarkan masyarakat. Bagi mereka, film ini telah membuka mata mereka tentang sekolah inklusi. Seharusnya pemerintah yang membuat film seperti ini, sambung Ibu Yati, Ketua IGTKI DKI Jakarta. Penghargaan tinggi untuk produser dan sutradara Damien Dematra yang berani mengambil inisiatif dan resiko, demikian ungkap Ratu Siti, guru TK Islam Noorini.
Hal senada diungkapkan pula oleh Suster Bernadette, guru SD. Beliau mengatakan upaya-upaya seperti ini harus dihargai. Ia berharap semoga masyarakat lebih terbuka matanya dalam menerima perbedaan.
Pernyataan mereka ditunjang bahwa pemerintah memberi kesempatan bagi siswa dengan kebutuhan khusus dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusi yang mewajibkan setiap daerah memiliki sekolah inklusi. Hal ini sekaligus untuk mensukseskan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional.
Sutradara dan Produser I'M STAR, Damien Dematra dalam sambutannya menyampaikan alasannya membuat film ini adalah karena ia menganggap film ini sebagai sarana yang sangat efektif untuk mencerahkan hati dan pikiran agar anak-anak berkebutuhan khusus makin diterima di masyarakat, sekaligus mengetuk kesadaran seluruh lapisan masyarakat, mulai dari instansi pemerintah sampai jajaran masyarakat terkecil tentang keberadaan penyakit yang disinyalir mengintai setidaknya 1 dari sekitar setiap 250 anak di dunia. Baginya, membuat sebuah film tanpa manfaat adalah pemborosan waktu. Hidup itu singkat. Walaupun beresiko, marilah kita berani mengambil resiko demi kemajuan kemanusiaan, ungkap sutradara berambut panjang ini yang sebelumnya sukses dengan film tentang penyakit Lupus "L4 Lupus", yang memperoleh berbagai penghargaan di luar negeri.
Damien Dematra juga berharap film I'M STAR dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dan dunia internasional bahwa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, dalam hal ini autism, diperlakukan dan diberi kesempatan seperti anak-anak normal lainnya. Karena pentingnya pesan tentang pembauran ini, Damien Dematra kemudian memutuskan untuk membuat film ini dalam bahasa Inggris dengan teks bahasa Indonesia.
Walaupun pada awalnya sempat ragu bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dapat bermain film dengan baik, keraguannya segera sirna saat shooting mulai. Hal ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki kelebihan khusus mereka masing-masing, termasuk anak-anak yang hidup dengan autisme, apabila mereka diarahkan dengan benar.
Film yang mengundang senyum dan air mata ini dapat disaksikan di bioskop-bioskop 21 sejak 4 Juli 2013 di seluruh Indonesia.
Dra. Septi Novida M.Pd Ka Bid TK/SD/PLB Dinas Pendidikan DKI menyatakan bahwa Dinas Pendidikan DKI sangat mendukung film I'M STAR yang bisa membuka mata masyarakat, khususnya dunia pendidikan di Jakarta.
Komentar beragam dari para guru pun mengalir. Di tengah lautan para guru, gelombang rasa bercampur baur, dan berbagai pendapat pun dilontarkan. Sebagian di antaranya adalah film ini seharusnya ditonton para siswa dan jangan hanya para guru saja, karena film ini sangat penting untuk menyadarkan masyarakat. Bagi mereka, film ini telah membuka mata mereka tentang sekolah inklusi. Seharusnya pemerintah yang membuat film seperti ini, sambung Ibu Yati, Ketua IGTKI DKI Jakarta. Penghargaan tinggi untuk produser dan sutradara Damien Dematra yang berani mengambil inisiatif dan resiko, demikian ungkap Ratu Siti, guru TK Islam Noorini.
Hal senada diungkapkan pula oleh Suster Bernadette, guru SD. Beliau mengatakan upaya-upaya seperti ini harus dihargai. Ia berharap semoga masyarakat lebih terbuka matanya dalam menerima perbedaan.
Pernyataan mereka ditunjang bahwa pemerintah memberi kesempatan bagi siswa dengan kebutuhan khusus dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusi yang mewajibkan setiap daerah memiliki sekolah inklusi. Hal ini sekaligus untuk mensukseskan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional.
Sutradara dan Produser I'M STAR, Damien Dematra dalam sambutannya menyampaikan alasannya membuat film ini adalah karena ia menganggap film ini sebagai sarana yang sangat efektif untuk mencerahkan hati dan pikiran agar anak-anak berkebutuhan khusus makin diterima di masyarakat, sekaligus mengetuk kesadaran seluruh lapisan masyarakat, mulai dari instansi pemerintah sampai jajaran masyarakat terkecil tentang keberadaan penyakit yang disinyalir mengintai setidaknya 1 dari sekitar setiap 250 anak di dunia. Baginya, membuat sebuah film tanpa manfaat adalah pemborosan waktu. Hidup itu singkat. Walaupun beresiko, marilah kita berani mengambil resiko demi kemajuan kemanusiaan, ungkap sutradara berambut panjang ini yang sebelumnya sukses dengan film tentang penyakit Lupus "L4 Lupus", yang memperoleh berbagai penghargaan di luar negeri.
Damien Dematra juga berharap film I'M STAR dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dan dunia internasional bahwa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, dalam hal ini autism, diperlakukan dan diberi kesempatan seperti anak-anak normal lainnya. Karena pentingnya pesan tentang pembauran ini, Damien Dematra kemudian memutuskan untuk membuat film ini dalam bahasa Inggris dengan teks bahasa Indonesia.
Walaupun pada awalnya sempat ragu bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dapat bermain film dengan baik, keraguannya segera sirna saat shooting mulai. Hal ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki kelebihan khusus mereka masing-masing, termasuk anak-anak yang hidup dengan autisme, apabila mereka diarahkan dengan benar.
Film yang mengundang senyum dan air mata ini dapat disaksikan di bioskop-bioskop 21 sejak 4 Juli 2013 di seluruh Indonesia.

Langganan berita!
|