
Foto: Ilustrasi remaja depresi. ©2013 yuuhu.info
Oleh: Dina
Yuuhu.info, Seperti halnya penyakit, ternyata ide untuk melakukan bunuh diri bisa
menular di kalangan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang
teman sekelasnya pernah melakukan atau mencoba bunuh diri memiliki
risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri.
Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 12 - 17 tahun. Remaja yang temannya meninggal akibat bunuh diri berisiko lebih tinggi melakukan bunuh diri dibanding remaja yang tak memiliki teman yang meninggal akibat bunuh diri.
Ide bahwa bunuh diri bisa 'menular' sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lalu, ungkap Dr Ian Colman yang mempelajari kesehatan mental di University of Ottawa. Penelitian yang lalu mendukung ide ini, namun tak ada yang berfokus pada remaja dan pelajar.
"Ada banyak hal yang mengejutkan dari penelitian ini. Kami terkejut pada efek jangka panjang serta kekuatan pengaruhnya," ungkap Colman, seperti dilansir oleh NY Daily News (21/05).
Colman dan koleganya menggunakan data dari survei national pada 8.000 remaja Kanada berusia 12 - 17 tahun. Mereka ditanya mengenai kejadian bunuh diri teman sekelas mereka, teman, kemudian pemikiran mereka mengenai bunuh diri. Setelah itu, peneliti menemui mereka kembali dua tahun setelahnya.
Bagi anak berusia 12 - 13 tahun yang memiliki teman sekolah yang meninggal akibat bunuh diri, sekitar 15 persen dilaporkan pernah memikirkan secara serius mengenai bunuh diri, sementara tujuh persen benar-benar mencobanya. Pada anak usia yang sama namun tak memiliki teman yang melakukan bunuh diri, kecenderungannya hanya tiga persen dan dua persen.
Hasil ini sama dengan kecenderungan pada anak berusia 14 - 17 tahun. Namun anak yang tidak memiliki teman yang pernah bunuh diri pada usia ini lebih mungkin melakukan atau berpikir mengenai bunuh diri karena mereka sendiri.
Mengetahui hasil penelitian ini ada baiknya para orang tua selalu menjaga kesehatan moral anak dan menanamkan moral yang baik. Hal ini untuk mencegah anak terpengaruh dengan kejadian yang dialami oleh temannya, atau terpengaruh oleh ide buruk melakukan bunuh diri.
Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 12 - 17 tahun. Remaja yang temannya meninggal akibat bunuh diri berisiko lebih tinggi melakukan bunuh diri dibanding remaja yang tak memiliki teman yang meninggal akibat bunuh diri.
Ide bahwa bunuh diri bisa 'menular' sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lalu, ungkap Dr Ian Colman yang mempelajari kesehatan mental di University of Ottawa. Penelitian yang lalu mendukung ide ini, namun tak ada yang berfokus pada remaja dan pelajar.
"Ada banyak hal yang mengejutkan dari penelitian ini. Kami terkejut pada efek jangka panjang serta kekuatan pengaruhnya," ungkap Colman, seperti dilansir oleh NY Daily News (21/05).
Colman dan koleganya menggunakan data dari survei national pada 8.000 remaja Kanada berusia 12 - 17 tahun. Mereka ditanya mengenai kejadian bunuh diri teman sekelas mereka, teman, kemudian pemikiran mereka mengenai bunuh diri. Setelah itu, peneliti menemui mereka kembali dua tahun setelahnya.
Bagi anak berusia 12 - 13 tahun yang memiliki teman sekolah yang meninggal akibat bunuh diri, sekitar 15 persen dilaporkan pernah memikirkan secara serius mengenai bunuh diri, sementara tujuh persen benar-benar mencobanya. Pada anak usia yang sama namun tak memiliki teman yang melakukan bunuh diri, kecenderungannya hanya tiga persen dan dua persen.
Hasil ini sama dengan kecenderungan pada anak berusia 14 - 17 tahun. Namun anak yang tidak memiliki teman yang pernah bunuh diri pada usia ini lebih mungkin melakukan atau berpikir mengenai bunuh diri karena mereka sendiri.
Mengetahui hasil penelitian ini ada baiknya para orang tua selalu menjaga kesehatan moral anak dan menanamkan moral yang baik. Hal ini untuk mencegah anak terpengaruh dengan kejadian yang dialami oleh temannya, atau terpengaruh oleh ide buruk melakukan bunuh diri.

Langganan berita!
|