Foto:
. ©2013 yuuhu.info
Reporter: Defri Putra
Yuuhu.info, Polisi Israel di Yerusalem mulai menghadang kelompok Yahudi Ortodoks
melarang perempuan berdoa di Tembok Ratapan. Ini bagian dari niat Negeri
Zionis itu untuk merubah tatanan masyarakat dimana perempuan akan
diperbolehkan membaur di ranah publik tanpa dibedakan.
Stasiun televisi BBC melaporkan, Sabtu (11/5), aparat juga menangkap tiga pengunjuk rasa dari kalangan Yahudi Ortodoks. saat mencaci beberapa perempuan ingin berdoa. Selain memaki mereka juga melempar botol, kursi, dan beberapa benda lain ke arah kaum hawa dan polisi. "Kami juga menahan dua orang lain berlaku sama," ujar juru bicara kepolisian Israel Micky Rosenfeld.
Ketiga lelaki Yahudi Ortodoks itu dianggap menganggu ketertiban umum. Kalangan ini memang membuat garis tegas ibadah yang boleh dilakukan perempuan dan lelaki. Ritual doa di Tembok Ratapan ini diyakini mereka hanya boleh dilakukan kaum adam.
Kemarin Menteri Kehakiman Tzipi Livni mengatakan pemerintah juga akan menghapus pembagian tempat duduk antara perempuan dan lelaki. "Diskriminasi terhadap perempuan di tempat umum dan pelayanan publik tidak bisa dibenarkan," ujarnya.
Di Israel Meski mayoritas penduduk berfaham sekularisme nyatanya minoritas Yahudi Ortodoks mampu mengendalikan lembaga-lembaga pemerintah seperti perkawinan dan sebagainya. Livni menyerukan pada departemen kehakiman agar merancang undang-undang baru bertuliskan mereka yang membuat pemisahan antara lelaki dan perempuan di ruang publik merupakan tindak pidana.
Stasiun televisi BBC melaporkan, Sabtu (11/5), aparat juga menangkap tiga pengunjuk rasa dari kalangan Yahudi Ortodoks. saat mencaci beberapa perempuan ingin berdoa. Selain memaki mereka juga melempar botol, kursi, dan beberapa benda lain ke arah kaum hawa dan polisi. "Kami juga menahan dua orang lain berlaku sama," ujar juru bicara kepolisian Israel Micky Rosenfeld.
Ketiga lelaki Yahudi Ortodoks itu dianggap menganggu ketertiban umum. Kalangan ini memang membuat garis tegas ibadah yang boleh dilakukan perempuan dan lelaki. Ritual doa di Tembok Ratapan ini diyakini mereka hanya boleh dilakukan kaum adam.
Kemarin Menteri Kehakiman Tzipi Livni mengatakan pemerintah juga akan menghapus pembagian tempat duduk antara perempuan dan lelaki. "Diskriminasi terhadap perempuan di tempat umum dan pelayanan publik tidak bisa dibenarkan," ujarnya.
Di Israel Meski mayoritas penduduk berfaham sekularisme nyatanya minoritas Yahudi Ortodoks mampu mengendalikan lembaga-lembaga pemerintah seperti perkawinan dan sebagainya. Livni menyerukan pada departemen kehakiman agar merancang undang-undang baru bertuliskan mereka yang membuat pemisahan antara lelaki dan perempuan di ruang publik merupakan tindak pidana.
Langganan berita!
|