
Foto: MRT Jakarta. ©2013 yuuhu.info
Reporter: Defri Putra
Yuuhu.info,
Pengamat Transportasi Universitas Indonesia (UI) Alvinsyah mengatakan, pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di DKI Jakarta terbilang sudah telat dibanding negara-negara lain.
Namun menurut Dosen Tehnik Sipil UI ini, lebih baik terlambat daripada puluhan tahun ke depan tidak memiliki MRT.
"Sayang sekali pelayanan publik seperti ini harus tertunda lagi. Jakarta sudah terlambat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," kata Alvinsyah dalam diskusi di Rawamangun, Jakarta Timur, Senin(13/5).
Alvin menyatakan, saat ini sekitar lima juta orang di Jabodetabek membutuhkan MRT. Pemerintah jangan memikirkan untung rugi dalam proyek ini, karena pelayanan publik merupakan kewajiban Pemerintah.
"Yang butuh MRT lima juta. Bahwa kota seperti Jakarta ini butuh angkutan massal dan banyak jenisnya. Pelayanan publik ini kewajiban pemerintah. Jadi Jangan memikirkan untung rugi," ujar Alvin.
Terpenting lagi dari transportasi massal ini adalah pengoperasian dan pemeliharaan yang harus dipikirkan. "Apapun sistemnya, bagaimana dia dioperasikan dan bisa stay. Biaya operasi dan pemeliharaan harus serius dipikirkan. Dari tiket penumpang saja tidak cukup," terangnya.
Lalu terkait penolakan warga Fatmawati terkait pembangunan MRT layang, persoalan saat ini adalah masyarakat butuh atau tidak transportasi yang lebih maju. Setiap program besar, kata dia, pasti ada isunya di belakangnya.
"Pertanyaannya butuh apa tidak. Mungkin orang Fatmawati terganggu dengan MRT layang. Tapi ini bukan perdebatan serius. Menurut saya yang terpenting adalah transportasi handal dan terjangkau," jelas Alvin.
"Kalau kita butuh ya kita kawal sama-sama. Masalah berubah kebijakan, warna yang berbeda dari realita yang harus kita terima juga. Masyarakat ya harus mengawal," terangnya.
Pengamat Transportasi Universitas Indonesia (UI) Alvinsyah mengatakan, pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di DKI Jakarta terbilang sudah telat dibanding negara-negara lain.
Namun menurut Dosen Tehnik Sipil UI ini, lebih baik terlambat daripada puluhan tahun ke depan tidak memiliki MRT.
"Sayang sekali pelayanan publik seperti ini harus tertunda lagi. Jakarta sudah terlambat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," kata Alvinsyah dalam diskusi di Rawamangun, Jakarta Timur, Senin(13/5).
Alvin menyatakan, saat ini sekitar lima juta orang di Jabodetabek membutuhkan MRT. Pemerintah jangan memikirkan untung rugi dalam proyek ini, karena pelayanan publik merupakan kewajiban Pemerintah.
"Yang butuh MRT lima juta. Bahwa kota seperti Jakarta ini butuh angkutan massal dan banyak jenisnya. Pelayanan publik ini kewajiban pemerintah. Jadi Jangan memikirkan untung rugi," ujar Alvin.
Terpenting lagi dari transportasi massal ini adalah pengoperasian dan pemeliharaan yang harus dipikirkan. "Apapun sistemnya, bagaimana dia dioperasikan dan bisa stay. Biaya operasi dan pemeliharaan harus serius dipikirkan. Dari tiket penumpang saja tidak cukup," terangnya.
Lalu terkait penolakan warga Fatmawati terkait pembangunan MRT layang, persoalan saat ini adalah masyarakat butuh atau tidak transportasi yang lebih maju. Setiap program besar, kata dia, pasti ada isunya di belakangnya.
"Pertanyaannya butuh apa tidak. Mungkin orang Fatmawati terganggu dengan MRT layang. Tapi ini bukan perdebatan serius. Menurut saya yang terpenting adalah transportasi handal dan terjangkau," jelas Alvin.
"Kalau kita butuh ya kita kawal sama-sama. Masalah berubah kebijakan, warna yang berbeda dari realita yang harus kita terima juga. Masyarakat ya harus mengawal," terangnya.

Langganan berita!
|