Foto: Ilustrasi. ©2013 yuuhu.info
Reporter: Rudi
Yuuhu.info, Pengamat Pendidikan yang juga anggota anggota Akademi Ilmu Pengetahuan
Indonesia (AIPI) Henry Alexis Rudolf Tilaar menilai pelaksanaan Ujian
Nasional (UN) sebagai bentuk praktek dusta berjamaah. Sebab, kata dia,
banyak kecurangan yang dilakukan secara terang-terangan dan bersama-sama
baik oleh Kepala Dinas Pendidikan, guru hingga siswa.
"Nilai-nilai yang diajarkan yakni berdusta berjamaah, kepala dinas, gurunya. Melupakan nilai-nilai negatif, mencuri, berbohong hanya untuk UN," tukasnya dalam seminar dan kuliah umum Koentjaraningrat Memorial Lecture dengan tema Pendidikan Nasional dan Kearifan Timur: Menimbang Paradigma Alternatif dalam Pembentukan Karakter Bangsa, Kampus UI, Depok, Rabu (15/5/2013).
Pria yang juga suami Martha Tilaar ini meminta pemerintah Indonesia berkaca pada Finlandia. Di sana, kata dia, tak ada penyelenggaraan UN, sehingga tak membuat pelajar menjadi barang produksi.
"Negara barat sendiri, Finlandia, menekankan kepada guru, bukan pada kurikulum. Menjadi manusia yang diharapkan. Finlandia tak mempunyai UN. Tak memakai prinsip kompetisi yang penting tetap survival dalam Eropa. UN menjadikan manusia kompetisi. Jadikan anak-anak kita barang produksi," tegasnya.
Tilaar juga menyebut bahwa UN menjadikan Indonesia memiliki peternakan anak. Sebenarnya, kata dia, UN baik untuk dilaksanakan tetapi manajemen pelaksanaan UN di Indonesia nol besar.
"Di Finlandia, metode pengajaran yang diterapkan kreativitas bukan menghafal. Di Indonesia, UN manajemen pelaksanaan nol, belum lagi korupsinya, kita lagi menunggu audit KPK," tandasnya.
"Nilai-nilai yang diajarkan yakni berdusta berjamaah, kepala dinas, gurunya. Melupakan nilai-nilai negatif, mencuri, berbohong hanya untuk UN," tukasnya dalam seminar dan kuliah umum Koentjaraningrat Memorial Lecture dengan tema Pendidikan Nasional dan Kearifan Timur: Menimbang Paradigma Alternatif dalam Pembentukan Karakter Bangsa, Kampus UI, Depok, Rabu (15/5/2013).
Pria yang juga suami Martha Tilaar ini meminta pemerintah Indonesia berkaca pada Finlandia. Di sana, kata dia, tak ada penyelenggaraan UN, sehingga tak membuat pelajar menjadi barang produksi.
"Negara barat sendiri, Finlandia, menekankan kepada guru, bukan pada kurikulum. Menjadi manusia yang diharapkan. Finlandia tak mempunyai UN. Tak memakai prinsip kompetisi yang penting tetap survival dalam Eropa. UN menjadikan manusia kompetisi. Jadikan anak-anak kita barang produksi," tegasnya.
Tilaar juga menyebut bahwa UN menjadikan Indonesia memiliki peternakan anak. Sebenarnya, kata dia, UN baik untuk dilaksanakan tetapi manajemen pelaksanaan UN di Indonesia nol besar.
"Di Finlandia, metode pengajaran yang diterapkan kreativitas bukan menghafal. Di Indonesia, UN manajemen pelaksanaan nol, belum lagi korupsinya, kita lagi menunggu audit KPK," tandasnya.
Langganan berita!
|