Foto:
. ©2013 yuuhu.info
Oleh: Dion
Yuuhu.info, Kebijakan pemberian kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) sebesar Rp 150.000 untuk masyarakat miskin diyakini tidak efektif.
Pengamat Ekonomi, Faisal Basri mengatakan, dana yang dimaksudkan untuk
menjaga daya beli masyarakat miskin, diyakini tidak akan berjalan sesuai
harapan.
"Ini BLSM dua bulan sekali kan aneh, gaji saja sebulan sekali. Orang miskin kan keinginan lebih banyak dari kemampuannya. Kemudian BLSM datang dua kali setiap dua bulan Rp 300.000 itu sehari juga habis," ujarnya saat diskusi Polemik Sindo bertajuk 'BBM Naik, Siapa Tercekik' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (22/6).
Menurutnya, akan lebih baik jika kompensasi tersebut digunakan untuk mendorong perkembangan industri yang memungkin lapangan kerja berkualitas bagi masyarakat miskin.
Faisal Basri menambahkan, jika kemudian harga-harga bahan kebutuhan pokok naik menjadi dua kali lipat, bantuan itu tidak banyak artinya untuk mengurangi beban masyarakat miskin.
"Efeknya sampai empat-lima bulan karena upah baru bisa naik Januari 2014 sementara harga sembako tidak bisa dipantau begitu saja sehingga terjadi penurunan kesejahteraan rakyat sampai desember," katanya.
Dia juga tidak yakin BLSM akan berjalan semulus yang diharapkan pemerintah. "Saya tidak yakin, kita lihat saja nanti. Kapan data orang miskin dimasukkan juga tidak jelas kan," tegasnya.
Pernyataan Faisal berbanding terbalik dengan yang dikatakan Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang menilai pembagian bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) lebih baik dibanding tahun 2008-2009.
"Ini BLSM dua bulan sekali kan aneh, gaji saja sebulan sekali. Orang miskin kan keinginan lebih banyak dari kemampuannya. Kemudian BLSM datang dua kali setiap dua bulan Rp 300.000 itu sehari juga habis," ujarnya saat diskusi Polemik Sindo bertajuk 'BBM Naik, Siapa Tercekik' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (22/6).
Menurutnya, akan lebih baik jika kompensasi tersebut digunakan untuk mendorong perkembangan industri yang memungkin lapangan kerja berkualitas bagi masyarakat miskin.
Faisal Basri menambahkan, jika kemudian harga-harga bahan kebutuhan pokok naik menjadi dua kali lipat, bantuan itu tidak banyak artinya untuk mengurangi beban masyarakat miskin.
"Efeknya sampai empat-lima bulan karena upah baru bisa naik Januari 2014 sementara harga sembako tidak bisa dipantau begitu saja sehingga terjadi penurunan kesejahteraan rakyat sampai desember," katanya.
Dia juga tidak yakin BLSM akan berjalan semulus yang diharapkan pemerintah. "Saya tidak yakin, kita lihat saja nanti. Kapan data orang miskin dimasukkan juga tidak jelas kan," tegasnya.
Pernyataan Faisal berbanding terbalik dengan yang dikatakan Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang menilai pembagian bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) lebih baik dibanding tahun 2008-2009.
Langganan berita!
|